Minggu, 20 Maret 2016

Preman Takut Jarum

Bapak : Saya ini preman, nggak takut dengan apapun, kecuali satu, jarum!
Umi : Kalau gitu, sekalian aja, Pak. Atasi takut jarum, jadi nggak ada lagi yang Bapak takutkan, kecuali Allah.

Bapak : Nggak sakit?

Umi : Nggak.

Agak lama beliau membisu, sang istri membujuknya seperti menghadapi anak kecil. Hmm, gitu deh! Umi sudah sering menghadapi hal seperti ini. Kadang nggak masuk akal! Badan kekar, biasa menghadapi pistol dan senjata lain, hidup penuh kekerasan, lha kok sama jarum takut. Trus satu lagi, peran istri. Benar, ya? Wanita itu penakluk! 😃😃

Umi : Kita coba satu dulu, ya. Setelah itu terserah Bapak, mau dilanjutkan atau batal.

Bapak : Mah, sini pegangin. Papa nggak mau lihat, bawa sini handuknya.

Umi : Karena yang mau ditusuk bagian muka, sebaiknya Bapak merem aja, nggak usah ditutup mukanya.

Umi menusukkan jarum halus ke salah satu titik di bagian wajah. Keringat sibapak mengucur deras. Umi biarkan sejenak, memberi kesempatan kepada beliau menata perasaannya.

Umi : Gimana, bisa dilanjut?

Sibapak diam, sang istri menatap penuh kasih sambil menggenggam tangannya.

Umi : Terbukti ketakutan Bapak nggak beralasan, kan? Bapak tidak pingsan? Bapak sudah berhasil mengatadi rasa takut. Dilanjut, ya?

Bapak : Tapi saya keringetan sekujur tubuh, Mi.

Umi : Nggak pa pa, itu normal.

Bapak : Nggak pa pa kalau saya cerewet,ya?

Umi tersenyum dan melanjutkan terapi.

Alhamdulillah, sibapak berhasil mengatasi rasa takutnya dan berjanji datang untuk terapi berikutnya sesuai yang dijadwalkan.

Begitulah terapis! Selama masih bisa bangun, walau badan sendiri belum sehat, masih bisa menolong orang lain.

Jangan bilang terapis kok sakit, ya? Terapis iuga manusia, ada saatnya lelah, kurang istirahat, daya tahan tubuh menurun, dan akhirnya sakit. Bersyukur, dalam kondisi seperti itu, dengan sedikit ilmu yang Allah titipkan, masih bisa melakukan suatu hal yang mungkin sangat berarti bagi orang lain.

Allahuakbar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar