Tiga bulan sudah beliau tergolek lemah di pembaringan. Hanya tidur dan menunggu pelayanan dari orang-orang di sekitarnya, yang bisa dilakukan. Dalam kondisinya yang seperti itu, beliau tetap ramah. Saat kami datang, beliau selalu memberikan senyumnya, walaupun kemudian meneruskan tidurnya.
Berawal dari kejadian tiga bulan yang lalu, saat nenek energik ini pulang dari senam manula di kompleks perumahan. Beliau mengeluh masuk angin dan minta tolong pembantu untuk memijitnya.
Sore hari, anaknya memanggil dokter yang tinggal di depan rumah, untuk memeriksa kondisinya. Menurut dokter, beliau hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Malam hari, saat turun dari tempat tidur, ingin buang air kecil, nenek tersandung sesuatu hingga jatuh dan...pingsan. Segera beliau dilarikan ke rumah sakit. Hasil scanning, terjadi pecah pmbuluh darah di otak!
Sekembalinya dari Rumah Sakit, keluarganya membawa nenek ke Rumah Terapi MHA, karena mendengar info, beberapa pasien pasca stroke mengalami perkembangan yang menggembirakan di sini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga terkait hasil pemeriksaan medis, plus pemeriksaan secara metode terapi akupunktur, kami fokus pada vonis terapi pasca stroke.
Efek dari serangan yang paling menonjol, daya ingat yang kacau cenderung melemah, sulit diajak komunikasi dan sulit bicara plus lumpuh.
Karena kondisi nenek, tentu sangat repot kalau harus datang, maka kami menyanggupi untuk datang ke rumahnya, mengingat jarak rumah tidak terlalu jauh.
"Andai beliau ibu kami" , itu motivasi utama kami menyanggupinya.
Pada kunjungan pertama, kami curiga dengan kondisi kaki kanannya yang selintas terlihat berbeda dengan yang kiri. Kami minta agar beliau dironsen untuk memastikan. Mungkin mereka tidak menyadari itu, karena nenek tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasa dan tidak bisa dilihat geraknya. Kami memastikan itu dengan memperhatikan reaksi wajahnya saat lokasi yang sakit disentuh, dan juga bengkak di pangkal paha.
Benar! Hasil pemeriksaan menyatakan, tulang paha lepas dari sendinya. Solusinya; operasi!
Keluraga tidak tega untuk melakukan itu, nenek terlalu sepuh untuk tindakan operasi. Mereka minta dengan pemberian obat dan memanggil ahli tulang alternatif.
Akhirnya, agenda terapi diubah, tidak rutin seperti yang direncanakan, seperti kasus pasca stroke yang sering kami tangani. Kami siap sewaktu-waktu dibutuhkan, untuk melihat perkembangan atau jika ada keluhan yang kami bisa menangani.
Apa yang akan terjadi esok hari adalah rahasia Allah.
Mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, tentu harus. Bukan harta melimpah yang harus disiapkan, tetapi hubungan baik dengan ketulusan, itu lebih utama. Manusia tidak akan bisa hidup sendiri, sehebat apapun dia. Selalu ada masanya, kita sangat membutuhkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar