Setiap skill akan terasah dengan semakin banyaknya menangani kasus, demikian halnya dengan ketrampilan pengobatan atau terapi.
Dengan hanya satu jenis ilmu, tentu pandangan terapis terhadap suatu kasus, lebih sempit dibandingkan jika dia menguasai lebih dari satu bidang keahlian.
Kemarin, ada kenalan yang minta tolong untuk menangani neneknya yang pasca stroke serangan kedua. Karena terapis akupunktur sedang tidak bisa bertugas, maka rekan terapis bekam diminta untuk melihat kondisi klien.
Kondisi klien, tidak bisa bicara, tangan dan kaki kanan tanpa tenaga, dengan isyarat dia menyatakan tidak merasakan sakit saat ditekan.
Melihat kondisi tersebut, sedang tindakan akupunktur yang biasanya jadi pilihan utama untuk kasus seperti itu tidak bisa dilakukan, akhirnya terapis melakukan bekam di beberapa titik dan ditambah dengan pijat refleksi.
Allahuakbar!
Betapa gembira sang cucu yang nampak sudah kelelahan merawatnya beberapa hari, mendengar neneknya bisa bicara, mengeluh sakit di bagian kaki dan setelah terapi bisa berjalan walau dipapah.
Sebagai terapis, kita sulit dituntut untuk spesial di bidang tertentu, hanya bekerja dengan dasar satu cabang ilmu, karena pada kenyataannya, masyarakat datang ke terapis tanpa melihat keluhannya harusnya ditangani terapis bidang apa. Dan pada umumnya, terapis bekerja bukan semata karena profesi, tapi lebih didasari pada upaya menolong orang yang kesusahan.
Biasanya, terapis terus meningkatkan ilmunya, baik mendalami ilmu yang sudah dipelajari maupun menambah ilmu yang mendukung.