Entah! Siapa yang pertama membuat ungkapan ini, tapi yang teringat, kalimat ini pernah kubaca di serial Wiro Sableng saat sekolah dulu,,,ha hay, ketahuan senang baca cerita silat.
Terlepas keshahihan dalilnya, tapi bagiku, kalimat ini benar dan sangat cocok untuk mengingatkan diri saat mulai merasa punya kelebihan ilmu.
Di hadapan klien atau pasien, seorang terapis tentu wajar jika merasa dianggap memiliki kelebihan ilmu tentang pengobatan. Secara logika, tidak akan datang seorang yang menderita sakit kepada orang yang dianggapnya tidak mumpuni mengobati. Perasaan itupun perlu dimiliki terapis, sekedar meningkatkan kepercayaan dirinya melakukan tindak pengobatan.
Saat bertemu dengan seorang terapis lain, kepercayaan diri itu mulai terusik. Naluri membandingkan diri membuat sadar, ternyata orang lain mempunyai pemahaman yang lebih dalam untuk hal yang sama atau memiliki ragam ilmu yang berbeda.
Lain lagi ketika berkumpul dengan beberapa terapis yang memiliki pemahaman lebih dalam dan keilmuan yang lebih beragam, semakin diri ini merasa ibarat sebutir pasir di pantai yang luas.
Bagaimana halnya bila bersua dengan tutor? Ha ha ha perasaan bangga karena selama ini berkesempatan belajar mandiri, sirna seketika, karena pemahaman yang sedang coba ditanamkan, tercerabut tersebab dasar keilmuan yang mentah!
Ilmu yang diturunkan Allah sangat luas. Tak cukup waktu kita mempelajari semuanya. Kalau kita bisa saling mengisi dan berbagi, mengapa harus saling bersaing? Kalau berbagai ilmu berpotensi untuk disinergikan, mengapa pula harus saling dipertentangkan? Kemuliaan seorang yang berilmu ada pada semakin banyak kemanfaatan yang ditebarnya untuk kemaslahatan manusia dan alam, bukan pada keunggulannya dalam menyimpan ilmu.
Kerendahan hati akan meninggikan derajat kemuliaan seseorang, sebagaimana Allah meninggikan derajat manusia selaras dengan derajat kehambaannya, semakin tunduk seseorang dihadapanNya, semakin mulia dalam pandangan-Nya.
Ada juga ungkapan, merendahkan diri untuk meninggikan mutu, ha ha ha, itu sih modus!
Minggu, 28 September 2014
Sabtu, 20 September 2014
Menghindari Khalwat
"Umi mengobati laki-laki juga, ya?" tanya seorang tetangga saat berjumpa di warung.
"Tergantung kasusnya. Selama Abi masih bisa menangani, Umi nggak perlu turun tangan," jawabku, menjelaskan.
"Memang ilmu Umi lebih tinggi?" tanyanya, menatapku, tajam.
"Bukan masalah ketinggian ilmu, tapi perbedaan jenis metode yang digunakan," jawabku sambil tertawa. Ah jadi ingat bacaan waktu kanak-kanak, dalam dunia ilmu persilatan, di atas langit ada langit. Selalu ada yang berilmu lebih tinggi, nggak boleh sombong.
"Beda ya, jenis ilmu Umi dan Abi?"
"Untuk metode yang sama, Abi menangani pasien laki-laki, Umi pasien perempuan. Nah untuk kasus yang butuh penanganan dengan metode yang hanya salah satu dari kami yang bisa, ya terpaksa menangani semua, tanpa membedakan jenis kelamin." Kuperhatikan beliau masih belum puas, maklumlah, selama ini, dalam kajian di ta'lim, sudah dijelaskan batasan interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram.
"Itu pun dengan izin yang bersangkutan. Kalau mereka keberatan, kami tidak memaksa, karena hal ini bisa masuk ke dalam kategori kondisi darurat, walaupun mungkin ukuran darurat itu relatif," tambahku.
"Kalau Umi menangani pasien laki-laki, Abi nggak cemburu?" tanyanya, hati-hati.
"Cemburu atau tidak, hanya Abi yang tahu, yang jelas, Umi nggak mau melakukan itu tanpa izin Abi, walaupun dalihnya menolong dan berbuat kebaikan," tandasku.
"Untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, terutama melanggar larangan Allah, apa yang Umi lakukan?"
"Sebenarnya lebih ringan Umi, karena aurat laki-laki kan hanya sedikit. Lebih banyak kasus yang di luar aurat, dan selain menggunakan media, Umi juga selalu menggunakan sarung tangan, jadi tidak terjadi kontak langsung dengan kulit pasien. Kami juga menghindari khalwat. Umi menangani pasien laki-laki yang biasanya ada pengantarnya atau ditemani Abi, Jika terpaksa Abi sedang keluar, kan ada anak Umi, pintu tempat praktek juga tidak tertutup. "
"Umi nggak cemburu kalau Abi menangani pasien wanita?" kejarnya. Aku tersenyum, mencoba memahami rasa ingin tahunya. Aku tahu, itu dilakukan karena perhatian dan sayangnya padaku.
"Mmm, Umi percaya pada Abi, sama halnya Abi terhadap Umi. Kami berusaha dewasa dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut tugas sebagai sesama terapis. Memang semua nggak lepas dari kehidupan pribadi, tapi kami selalu mengaitkannya dengan pengawasan Allah. Walaupun misalnya ada yang kami sembunyikan, tapi kami tidak bisa bersembunyi dari pengawasan Allah. Sebagai pribadi kami langsung bertanggung jawab pada Allah."
"Nggak pernah ada kejadian yang menimbulkan keributan?"
"Sekali dua, pernah. Itu tanda kami saling memperhatikan dan melindungi, tapi sebatas saling mengingatkan. Kami kembali pada niatan awal berkecimpung di dunia pengobatan ini, selain sebagai sarana menjemput rizki juga tempat kami memberi manfaat pada orang banyak dengan sedikit ilmu yang kami punya."
Beliau manggut-manggut, semoga mengerti dengan penjelasanku.
"Beda ya, jenis ilmu Umi dan Abi?"
"Untuk metode yang sama, Abi menangani pasien laki-laki, Umi pasien perempuan. Nah untuk kasus yang butuh penanganan dengan metode yang hanya salah satu dari kami yang bisa, ya terpaksa menangani semua, tanpa membedakan jenis kelamin." Kuperhatikan beliau masih belum puas, maklumlah, selama ini, dalam kajian di ta'lim, sudah dijelaskan batasan interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahram.
"Itu pun dengan izin yang bersangkutan. Kalau mereka keberatan, kami tidak memaksa, karena hal ini bisa masuk ke dalam kategori kondisi darurat, walaupun mungkin ukuran darurat itu relatif," tambahku.
"Kalau Umi menangani pasien laki-laki, Abi nggak cemburu?" tanyanya, hati-hati.
"Cemburu atau tidak, hanya Abi yang tahu, yang jelas, Umi nggak mau melakukan itu tanpa izin Abi, walaupun dalihnya menolong dan berbuat kebaikan," tandasku.
"Untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, terutama melanggar larangan Allah, apa yang Umi lakukan?"
"Sebenarnya lebih ringan Umi, karena aurat laki-laki kan hanya sedikit. Lebih banyak kasus yang di luar aurat, dan selain menggunakan media, Umi juga selalu menggunakan sarung tangan, jadi tidak terjadi kontak langsung dengan kulit pasien. Kami juga menghindari khalwat. Umi menangani pasien laki-laki yang biasanya ada pengantarnya atau ditemani Abi, Jika terpaksa Abi sedang keluar, kan ada anak Umi, pintu tempat praktek juga tidak tertutup. "
"Umi nggak cemburu kalau Abi menangani pasien wanita?" kejarnya. Aku tersenyum, mencoba memahami rasa ingin tahunya. Aku tahu, itu dilakukan karena perhatian dan sayangnya padaku.
"Mmm, Umi percaya pada Abi, sama halnya Abi terhadap Umi. Kami berusaha dewasa dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut tugas sebagai sesama terapis. Memang semua nggak lepas dari kehidupan pribadi, tapi kami selalu mengaitkannya dengan pengawasan Allah. Walaupun misalnya ada yang kami sembunyikan, tapi kami tidak bisa bersembunyi dari pengawasan Allah. Sebagai pribadi kami langsung bertanggung jawab pada Allah."
"Nggak pernah ada kejadian yang menimbulkan keributan?"
"Sekali dua, pernah. Itu tanda kami saling memperhatikan dan melindungi, tapi sebatas saling mengingatkan. Kami kembali pada niatan awal berkecimpung di dunia pengobatan ini, selain sebagai sarana menjemput rizki juga tempat kami memberi manfaat pada orang banyak dengan sedikit ilmu yang kami punya."
Beliau manggut-manggut, semoga mengerti dengan penjelasanku.
Jumat, 19 September 2014
Nenek Yang Ramah
Tiga bulan sudah beliau tergolek lemah di pembaringan. Hanya tidur dan menunggu pelayanan dari orang-orang di sekitarnya, yang bisa dilakukan. Dalam kondisinya yang seperti itu, beliau tetap ramah. Saat kami datang, beliau selalu memberikan senyumnya, walaupun kemudian meneruskan tidurnya.
Berawal dari kejadian tiga bulan yang lalu, saat nenek energik ini pulang dari senam manula di kompleks perumahan. Beliau mengeluh masuk angin dan minta tolong pembantu untuk memijitnya.
Sore hari, anaknya memanggil dokter yang tinggal di depan rumah, untuk memeriksa kondisinya. Menurut dokter, beliau hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Malam hari, saat turun dari tempat tidur, ingin buang air kecil, nenek tersandung sesuatu hingga jatuh dan...pingsan. Segera beliau dilarikan ke rumah sakit. Hasil scanning, terjadi pecah pmbuluh darah di otak!
Sekembalinya dari Rumah Sakit, keluarganya membawa nenek ke Rumah Terapi MHA, karena mendengar info, beberapa pasien pasca stroke mengalami perkembangan yang menggembirakan di sini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga terkait hasil pemeriksaan medis, plus pemeriksaan secara metode terapi akupunktur, kami fokus pada vonis terapi pasca stroke.
Efek dari serangan yang paling menonjol, daya ingat yang kacau cenderung melemah, sulit diajak komunikasi dan sulit bicara plus lumpuh.
Karena kondisi nenek, tentu sangat repot kalau harus datang, maka kami menyanggupi untuk datang ke rumahnya, mengingat jarak rumah tidak terlalu jauh.
"Andai beliau ibu kami" , itu motivasi utama kami menyanggupinya.
Pada kunjungan pertama, kami curiga dengan kondisi kaki kanannya yang selintas terlihat berbeda dengan yang kiri. Kami minta agar beliau dironsen untuk memastikan. Mungkin mereka tidak menyadari itu, karena nenek tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasa dan tidak bisa dilihat geraknya. Kami memastikan itu dengan memperhatikan reaksi wajahnya saat lokasi yang sakit disentuh, dan juga bengkak di pangkal paha.
Benar! Hasil pemeriksaan menyatakan, tulang paha lepas dari sendinya. Solusinya; operasi!
Keluraga tidak tega untuk melakukan itu, nenek terlalu sepuh untuk tindakan operasi. Mereka minta dengan pemberian obat dan memanggil ahli tulang alternatif.
Akhirnya, agenda terapi diubah, tidak rutin seperti yang direncanakan, seperti kasus pasca stroke yang sering kami tangani. Kami siap sewaktu-waktu dibutuhkan, untuk melihat perkembangan atau jika ada keluhan yang kami bisa menangani.
Apa yang akan terjadi esok hari adalah rahasia Allah.
Mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, tentu harus. Bukan harta melimpah yang harus disiapkan, tetapi hubungan baik dengan ketulusan, itu lebih utama. Manusia tidak akan bisa hidup sendiri, sehebat apapun dia. Selalu ada masanya, kita sangat membutuhkan orang lain.
Berawal dari kejadian tiga bulan yang lalu, saat nenek energik ini pulang dari senam manula di kompleks perumahan. Beliau mengeluh masuk angin dan minta tolong pembantu untuk memijitnya.
Sore hari, anaknya memanggil dokter yang tinggal di depan rumah, untuk memeriksa kondisinya. Menurut dokter, beliau hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Malam hari, saat turun dari tempat tidur, ingin buang air kecil, nenek tersandung sesuatu hingga jatuh dan...pingsan. Segera beliau dilarikan ke rumah sakit. Hasil scanning, terjadi pecah pmbuluh darah di otak!
Sekembalinya dari Rumah Sakit, keluarganya membawa nenek ke Rumah Terapi MHA, karena mendengar info, beberapa pasien pasca stroke mengalami perkembangan yang menggembirakan di sini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga terkait hasil pemeriksaan medis, plus pemeriksaan secara metode terapi akupunktur, kami fokus pada vonis terapi pasca stroke.
Efek dari serangan yang paling menonjol, daya ingat yang kacau cenderung melemah, sulit diajak komunikasi dan sulit bicara plus lumpuh.
Karena kondisi nenek, tentu sangat repot kalau harus datang, maka kami menyanggupi untuk datang ke rumahnya, mengingat jarak rumah tidak terlalu jauh.
"Andai beliau ibu kami" , itu motivasi utama kami menyanggupinya.
Pada kunjungan pertama, kami curiga dengan kondisi kaki kanannya yang selintas terlihat berbeda dengan yang kiri. Kami minta agar beliau dironsen untuk memastikan. Mungkin mereka tidak menyadari itu, karena nenek tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasa dan tidak bisa dilihat geraknya. Kami memastikan itu dengan memperhatikan reaksi wajahnya saat lokasi yang sakit disentuh, dan juga bengkak di pangkal paha.
Benar! Hasil pemeriksaan menyatakan, tulang paha lepas dari sendinya. Solusinya; operasi!
Keluraga tidak tega untuk melakukan itu, nenek terlalu sepuh untuk tindakan operasi. Mereka minta dengan pemberian obat dan memanggil ahli tulang alternatif.
Akhirnya, agenda terapi diubah, tidak rutin seperti yang direncanakan, seperti kasus pasca stroke yang sering kami tangani. Kami siap sewaktu-waktu dibutuhkan, untuk melihat perkembangan atau jika ada keluhan yang kami bisa menangani.
Apa yang akan terjadi esok hari adalah rahasia Allah.
Mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, tentu harus. Bukan harta melimpah yang harus disiapkan, tetapi hubungan baik dengan ketulusan, itu lebih utama. Manusia tidak akan bisa hidup sendiri, sehebat apapun dia. Selalu ada masanya, kita sangat membutuhkan orang lain.
Prinsip Dasar Akupuntur
"Jarum akupunktur mengandung obat, ya?"
Itu pertanyaan yang sering dilontarkan saat seseorang merasakan khasiat dari pengobatan akupunktur. Mungkin aneh, hanya ditusuk jarum, tanpa memberi obat, kok terjadi reaksi kesembuhan pada pasien.
Tapi kalau kita tahu sedikit saja prinsip dan filosofi yang mendasari pengobatan dengan metode akupunktur, maka kita akan mengerti, mengapa akupunktur menjadi salah satu cara untuk mendapat kesembuhan dari Allah.
Untuk memahami cara kerja akupunktur, maka kita harus mencoba melihat bagaimana filisofi China dalam memandang kesehatan dan kehidupan, karena itu juga yang menjadi prinsip dasar akupunktur.
Sebagai suatu sistem pengobatan, akupunktur merupakan metode yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh pasien, dengan tujuan mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga sehat kembali.
Pemikiran dasar adanya sistem keseimbangan di dalam tubuh yang dikenal sebagai homeostatis, yang menjelaskan bahwa, keberadaan alam semesta, bumi dan manusia dapat bertahan hidup karena adanya hukum alam yang selalu mengarah pada keseimbangan. Dengan demikian apabila manusia mengikuti aturan-aturan di dalam keseimbangan hukum alam berarti akan menikmati hidup sehat, sedangkan apabila manusia tidak mengikuti atau menentang keseimbangan hukum alam, maka akan sakit.
Manusia merupakan bagian dari lingkungannya.
Manusia akan sehat bila sesuai dan berada dalam keseimbangan dengan alam sekitarnya.
Manusia akan merasakan sehat jika nutrisinya tercukupi, pembuangan kotoran dari dalam tubuh tak ada gangguan, aktivitas fisik memadai, fikiran dan perasaan fresh.
Bahasa sederhananya sehat itu apabila makan terasa enak, BAK/BAB lancar, tidur nyenyak..
Apabila keseimbangan energi dalam tubuh tidak tercapai, maka akan dapat terjadi stres dan stagnasi yang dapat menyebabkan keracunan sampai gangguan yang bersifat degeneratif.
Itu pertanyaan yang sering dilontarkan saat seseorang merasakan khasiat dari pengobatan akupunktur. Mungkin aneh, hanya ditusuk jarum, tanpa memberi obat, kok terjadi reaksi kesembuhan pada pasien.
Tapi kalau kita tahu sedikit saja prinsip dan filosofi yang mendasari pengobatan dengan metode akupunktur, maka kita akan mengerti, mengapa akupunktur menjadi salah satu cara untuk mendapat kesembuhan dari Allah.
Untuk memahami cara kerja akupunktur, maka kita harus mencoba melihat bagaimana filisofi China dalam memandang kesehatan dan kehidupan, karena itu juga yang menjadi prinsip dasar akupunktur.
Sebagai suatu sistem pengobatan, akupunktur merupakan metode yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum pada titik-titik tertentu pada tubuh pasien, dengan tujuan mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga sehat kembali.
Pemikiran dasar adanya sistem keseimbangan di dalam tubuh yang dikenal sebagai homeostatis, yang menjelaskan bahwa, keberadaan alam semesta, bumi dan manusia dapat bertahan hidup karena adanya hukum alam yang selalu mengarah pada keseimbangan. Dengan demikian apabila manusia mengikuti aturan-aturan di dalam keseimbangan hukum alam berarti akan menikmati hidup sehat, sedangkan apabila manusia tidak mengikuti atau menentang keseimbangan hukum alam, maka akan sakit.
Manusia merupakan bagian dari lingkungannya.
Manusia akan sehat bila sesuai dan berada dalam keseimbangan dengan alam sekitarnya.
Manusia akan merasakan sehat jika nutrisinya tercukupi, pembuangan kotoran dari dalam tubuh tak ada gangguan, aktivitas fisik memadai, fikiran dan perasaan fresh.
Bahasa sederhananya sehat itu apabila makan terasa enak, BAK/BAB lancar, tidur nyenyak..
Apabila keseimbangan energi dalam tubuh tidak tercapai, maka akan dapat terjadi stres dan stagnasi yang dapat menyebabkan keracunan sampai gangguan yang bersifat degeneratif.
Kamis, 18 September 2014
Akupunktur, Kuno Tapi Berkhasiat
Tusuk jarum? Iiih, ngeri banget?
Ya, banyak kami temui pasien yang awalnya menolak menjalani metode ini, karena mengaku trauma terhadap jarum. Banyak hal yang menyebabkan seseorang mengaku trauma terhadap benda kecil ini.
Alhamdulillah, dengan penjelasan yang mudah dipahami, sebagian besar mereka mau di akupunktur, walaupun di awal agak ngeri,tapi dengan komunikasi yang terus dilakukan sambil melakukan terapi, sedikit demi sedikit rasa ngeri itu berkurang, bahkan menghilang.
Trauma itu semakin menghilang, setelah pasien merasakan manfaat dari tusukan-tusukan di tubuhnya yang tidak seberapa, dibandngkan dengan banyak berkurangnya keluhan yang semula dirasakan.
Akupunktur merupakan metode pengobatan yang usianya sudah sangat panjang. Metode ini sudah digunakan manusia sejak sekitar 5000 tahun lalu, waaaah, berapa hari itu ya?
Logika sederhananya, mungkinkah cara ini akan terus dipakai sampai sekarang kalau tidak memberikan khasiat dan bermanfaat untuk mencapai kesembuhan?
Menu Layanan
Apa saja yang kami sediakan untuk anda?
Anda akan mendapatka pelayanan kesehatan dengan metode akupunktur, bekam, pijat metode MHA, herbal dan bimbingan kejiwaan.
Anda akan mendapatka pelayanan kesehatan dengan metode akupunktur, bekam, pijat metode MHA, herbal dan bimbingan kejiwaan.
Prinsip MHA Rumah Terapi Keluarga
MHA Rumah Terapi Keluarga hadir untuk menjadi mitra dalam menjaga kesehatan keluarga anda.
Dengan sedikit ilmu yang Allah Subhanallah Wata'ala titipkan, kami memposisikan diri sebagai salah satu sarana kesembuhan yang Allah berikan bagi anda.
Kesembuhan datang dari Allah dan atas izin Allah, seperti yang termaktub dalam Al Qur'an Surat Asy Syu'aro ayat 80 yang artinya,"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku."
Sunatullahnya, kesembuhan datang melalui lantaran, baik itu dengan konsumsi obat atau perlakuan tertentu, bahkan hanya dengan memenuhi hak-hak tubuh.
Sebagai upaya keselarasan, kami melakukan pengobatan sebagai lantaran kesembuhan yang diberikan Allah, maka kami menggunakan cara dan media yang tidak melanggar ketentuan-Nya, baik secara aqidah maupun syari'ah. Kami akan berusaha maksimal untuk hal itu, karena apa yang kami lakukan, kami niatkan sebagai sebuah ibadah kepada Allah Swt.
Dengan sedikit ilmu yang Allah Subhanallah Wata'ala titipkan, kami memposisikan diri sebagai salah satu sarana kesembuhan yang Allah berikan bagi anda.
Kesembuhan datang dari Allah dan atas izin Allah, seperti yang termaktub dalam Al Qur'an Surat Asy Syu'aro ayat 80 yang artinya,"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku."
Sunatullahnya, kesembuhan datang melalui lantaran, baik itu dengan konsumsi obat atau perlakuan tertentu, bahkan hanya dengan memenuhi hak-hak tubuh.
Sebagai upaya keselarasan, kami melakukan pengobatan sebagai lantaran kesembuhan yang diberikan Allah, maka kami menggunakan cara dan media yang tidak melanggar ketentuan-Nya, baik secara aqidah maupun syari'ah. Kami akan berusaha maksimal untuk hal itu, karena apa yang kami lakukan, kami niatkan sebagai sebuah ibadah kepada Allah Swt.
Rumah Baru
Cie...cie... Umi buat rumah baru lagi.
Tambah ngeksis aja nih di dumay he he.
Jadi untuk apa nih rumah baru? Untuk disewakan? ha ha, kalau aja ada yang mau nyewa.
Begini ceritanya!
Blog ini dibuat untuk berbagi cerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan MHA Rumah Terapi Keluarga yang sudah Umi kelola lebih dari tiga tahun.
Bisa dibayangkan, sudah berapa banyak orang yang berintraksi dengan Umi selama tiga tahun lebih? Dan semuanya berhubungan dengan sakit? Tentu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil, sayang kan kalau dilewatkan.
Idih! Umi banyak banget mnglola blog? Nggak repot apa?
Alhamdulillah, dengan yang ini berarti Umi punya 4 blog dan satu web.
Aktif semua itu?
Relatif sih, tergantung kriteria aktifnya. Kalau dibilang aktif karena setiap hari posting, ya mungkin hanya satu blog dan web yang aktif, tapi kalau sebulan minimal satu posting, insyaallah semua aktif.
Ngapain sih buat blog baru? Memang yang lama ada masalah?
Nggak juga, hanya saja sekarang Umi sedang ikut salah satu grup yang melatih membernya mempunyai blog yang nantinya mendatangkan uang, hayooooo...siapa yang nggak mau uang?
Entah nanti seperti apa dan berapa hasilnya, itu mah belakangan, kan berurusan juga dengan jatah rizki he he he, yang penting sekarang praktek...praktek...dan praktek, itu kata pembimbingnya lho, yang punya ciri khas, hampir setiap selesai memberi materi pelajaran baru, penutupnya : kalau...saya DO, nah lho!
Eh, sebentar, siapa Umi?
Nama asli Neny Suswati, tapi karena di dunia nyata keseringan orang panggil Umi, ha ha, jadi kebawa-bawa, membahasakan diri dengan Umi, yang mau ikutan boleh.
Tambah ngeksis aja nih di dumay he he.
Jadi untuk apa nih rumah baru? Untuk disewakan? ha ha, kalau aja ada yang mau nyewa.
Begini ceritanya!
Blog ini dibuat untuk berbagi cerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan MHA Rumah Terapi Keluarga yang sudah Umi kelola lebih dari tiga tahun.
Bisa dibayangkan, sudah berapa banyak orang yang berintraksi dengan Umi selama tiga tahun lebih? Dan semuanya berhubungan dengan sakit? Tentu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil, sayang kan kalau dilewatkan.
Idih! Umi banyak banget mnglola blog? Nggak repot apa?
Alhamdulillah, dengan yang ini berarti Umi punya 4 blog dan satu web.
Aktif semua itu?
Relatif sih, tergantung kriteria aktifnya. Kalau dibilang aktif karena setiap hari posting, ya mungkin hanya satu blog dan web yang aktif, tapi kalau sebulan minimal satu posting, insyaallah semua aktif.
Ngapain sih buat blog baru? Memang yang lama ada masalah?
Nggak juga, hanya saja sekarang Umi sedang ikut salah satu grup yang melatih membernya mempunyai blog yang nantinya mendatangkan uang, hayooooo...siapa yang nggak mau uang?
Entah nanti seperti apa dan berapa hasilnya, itu mah belakangan, kan berurusan juga dengan jatah rizki he he he, yang penting sekarang praktek...praktek...dan praktek, itu kata pembimbingnya lho, yang punya ciri khas, hampir setiap selesai memberi materi pelajaran baru, penutupnya : kalau...saya DO, nah lho!
Eh, sebentar, siapa Umi?
Nama asli Neny Suswati, tapi karena di dunia nyata keseringan orang panggil Umi, ha ha, jadi kebawa-bawa, membahasakan diri dengan Umi, yang mau ikutan boleh.
Langganan:
Postingan (Atom)